Text
Sejarah Perkebunan Kelapa di Buol Khususnya di Kecamatan Bokat (1999-2019)
Hampir di seluruh wilayah Buol terdapat hamparan pohon kelapa Tanaman serbaguna int tumbuh subur di Buol, karena memang tanaman ini cocok di daerah beriklim tropis. Kelapa dalam Bahasa Buol yang disebut dengan "bongo", sudah lama dibudidayakan oleh penduduk. Meskipun demikian, tidak dapat diketahui sejak kapan tanaman ini dibudidayakan Perhatian besar dalam budidaya kelapa di Buol diperkirakan pada awal abad ke-20 seiring dengan meningkatnya harga kopra di pasar dunia. Pada periode tersebut, ribuan orang Bugis menetap dan melakukan budidaya kelapa di dataran pantai, yang kemudian wilayah ini berkembang dan dikenal dengan nama Kampung Bugis, Budidaya kelapa semakin meluas setelah produksi pertambangan emas di Paleleh mengalami penurunan. Penduduk yang sebelumnya menggantungkan hidup dari pertambangan, beralih ke sektor pertanian yang salah satunya menanam kelapa. Di Buol, areal kelapa paling luas terdapat di Kecamatan Bokat. Dalam Bahasa Buol, kata "Bokat" berarti bukit-bukit atau gunung-gunung kecil dikenal dengan padang rumput sebagai tempat penggembalaan sapi, dan tanahnya yang subur dimanfaatkan sebagai tempat berkebun. Salah satu desa di Kecamatan Bokat, yakni Desa Bongo, dikenal sebagai perkampungan kelapa sesuai dengan namanya. Budidaya dan peremajaan kelapa di Buol khususnya di Kecamatan Bokat, terjadi secara intensif pada tahun 1990-an. Hadirnya para transmigran, seperti di Desa Duamayo, turut berkontribusi terhadap perluasan tanaman kelapa. Hal ini berdampak pada peningkatan produksi kelapa (kopra) di tahun 2000-an. Tetapi pada tahun 2010-2019 ditandai dengan penurunan produksi kopra.
Tidak tersedia versi lain